KORELASI FI’IL FA’IL MAF’UL PADA WAZAN أفعل


KORELASI FI’IL FA’IL MAF’UL

Pada wazan أفعل 

Tugas Dr. Muhajir, S.Pd.I, M.SI

Oleh:

Achmad Choirul Umam

18204021010

attuwungiyu@gmail.com

PENDAHULUAN

Pola kalimat bahasa arab, prinsipnya ada 2 macam, jumlah fi’liah dan jumlah ismiah. Jumlah fi’liah unsur pokoknya fi’il, fa’il ada kalanya membutuhkan maf’ul dan adakalanya tidak membutuhkan maf’ul. Jumlah ismiah terdiri dari unsur mubtada’ dan khobar. Pola tarkib selainya sebagai pelengkap diantara keduanya tersebut, bisa jadi tarkib idlofi, jar majrur, dhorfi dan lain-lain.

Kata dalam bahasa arab hanya ada tiga macam, isim, fi’il dan huruf. tidak ada kata lain selebihnya dari tiga hal tersebut. Dalam hal ini tulisan ringkas ini membatasi dalam persoalan fi’il. Fi’il sendiri dilihat dari sisi bentuknya ada tiga macam pula: fi’il madli, mudlori’ dan amr. Dilihat dari sisi wazan bentuk fi’il madli terdapat 37 wazan kata. dari 37 tersebut ada yang asli, ada huruf tambahan dan disamakan dengan wazan lain.

Huruf zaidah yang terdapat pada kata fi’il maupun isim itu ada sepuluh macam, terkumpul dalam kata أويسا هل تنم atau سألتمونيها yaitu berupa huruf أ, و, ي, س, ا, هـ, ل, ت, ن, dan م. Kesepuluh huruf tersebut masuk pada kata isim dan fi’il. Didalam kajian ilmu shorf wazan itu dikelompokan menjadi 3 macam, wazan mujarrod, mazid dan mulhaq.

Ada kalanya wazan asli tanpa tambahan yang dinamakan mujarrod, ada pula wazan dengan tambahan huruf; baik satu huruf tambahan, dua huruf tambahan dan tiga huruf tambahan dinamakan mazid, serta wazan yang disamakan dengan wazan tertentu dengan tujuan agar sama maknanya dan fungsi wazan yang disamakan dinamakan dengan wazan mulhaq. Dilihat dari tinjauan jumlahnya maka wazan mujarrod ada empat wazan, wazan mazid ada lima belas wazan, dan lima belas wazan mulhaq.

Dalam hal ini penambahan huruf itu ada kalanya bermakna dan adakalanya tidak bermakna. Dari kesepuluh huruf tambahan tersebut al-faqir membatasi diri untuk mengakaji persoalan huruf tambahan berupa hamzah yang terdapat pada wazan أفعل.

 

PEMBAHASAN

Huruf Hamzah Wazan  أفعل

Wazan أفعل tersusun dari huruf أ ف ع ل berasal dari أ+فعل ada tambahan satu huruf berupa أ (hamzah). Wazan ini bagian dari bab tsulasi mazid ruba’i dinamakan dengan bab if’âl. Hamzah dari wazan tersebut adalah hamzah qatha’ yaitu hamzah yang selalu dibaca dan ditulis (diberi harokat) baik di awal kata.  

Karakter Tashrif wazan أفعل

Dalam kitab shorof yang digunakan di pesantren-pesantren, ada dua corak tashrif, yang dikenal dengan istilah tashrifan Jombang (amtsilat al-tasrifiah) dan tashrifan Krapyak (shorof krapak). Keduanya mentashrif wazan أفعل sebagai berikut:

Shorof Jombang:

أفعل يفعل افعالا مفعل فهو مفعل وذاك مفعل افعل لاتفعل مفعل2

Shorof Krapyak:

أفعل يفعل افعل افعالا مفعل مفعل مفعل2

 

Makna-makna wazan أفعل

Wazan أفعل pada asalnya berupa tiga huruf asal yaitu ف ع  ل dan ketambahan satu huruf pada sebelum fa’ fi’il, yaitu huruf hamzah. Adapun penambahan hamzah pada kata yang asalnya tiga huruf tersebut itu memiliki beberapa makna sebab penambahan huruf hamzah tersebut,[1] yaitu:

1.      Ta’diyah[2]

Ta’diyah artinya fa’il membutuhkan maf’ul, atau subyek membutuhkan obyek. Jika fi’il berasal dari kata yang bermakna lazim, maka membutuhkan maf’ul satu, dan jika asalnya fi’il bermakna muta’adi maka membutuhkan dua maf’ul, dan jika asal fi’ilnya bermakna muta’adi dengan dua maf’ul, maka membutuhkan tiga maf’ul.

Contoh: أكرمتُ زيدا artinya saya memuliakan zaid.

Kata أكرمتُ زيدا, tersusun dari 3 kata, yaitu أكرم + ت + زيدا. Fi’il + fa’il + maf’ul. Asal dari kalimat أكرمتُ زيدا adalah كرم زيد tersusun dari 2 kata, yaitu  كرم + زيد ; fi’il + fa’il. Keduanya sudah memenuhi susunan kalimat dalam bahasa Arab, dikarenakan sudah berfaidah, artinya maknanya sudah sempurna. Kata كرم asalnya bermakna mulia, yaitu kata lazim, karena tidak membutuhkan maf’ul. Kemudian kata tersebut diubah menjadi wazan أكرم yang memiliki pengaruh pada kata tersebut, dari asalnya tidak membutuhkan maf’ul, menjadi membutuhkan maf’ul. Dengan demikian korelasi antara fi’il+fa’il+maf’ul, kesatuan dalam wazan أفعل.

2.      Shoiruroh[3]

Shoiruroh artinya menjadikan fa’il mempunyai suatu perkara yang menjadi asalnya fi’il (makna kata masdar). Artinya fa’ilnya kata yang mengikuti wazan أفعل dan bermakna shoiruroh, fi’ilnya dimaknai dengan makna isim masdar dari tsulatsi mujarrad serta dalam konteks penerjemahan Indonesia diartikan “menjadi.” Contoh: أقفز البلدُ artinya Negara itu telah menjadi kering.

Kata أقفز البلدُ tersusun dari أقفز + البلدyaitu fi’il + fa’il. Dalam konteks fa’ilnya menjadi memiliki sesuatu yang dimiliki oleh fi’ilnya yang dimaknai dengan asal kata fi’il tersebut yaitu makna isim masdarnya. Kata yang mengikuti wazan أفعل dan bermakna shoiruroh termasuk kata yang lazim.

3.      Katsroh[4]

Artinya memperbanyak asal fi’il yang dimiliki fa’il. Yakni fa’il nya memiliki makna yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia diwakili dengan kata “banyak”, dari makna asal kata fi’ilnya yaitu dengan makna isim masdar. Contoh: ألبن الرجلُ artinya orang laki-laki itu memiliki susu banyak.

Kata ألبن الرجلُ tersusun dari ألبن + الرجل, fi’il+fa’il. Dalam konteks, fa’ilnya memiliki makna “banyak” dari makna asal fi’ilnya. Kata yang mengikuti wazan أفعل bermakna lilkatsroh, dalam bentuk ini bermakna lazim.   

4.      Hainunah[5]

Datangnya suatu masa yang fa’il harus berhubungan dengan asal fi’il, maksudnya telah tiba masa melaksanakan aal fi’il.

Contoh: أحصد الزرعُ artinya padi itu telah sampai masa panen.

5.      Izalah[6]

Menghilangkannya fa’il kepada asal fi’il dari maf’ul.

Contoh: أشكيت زيدا artinya saya hilangkan pengaduan zaid.

6.      Wijdan[7]

Menemukan maf’ul yang bersifatan dengan asal fi’il maksudnya fa’il menemukan maf’ul dalam memiliki sifat yang berupa asal fi’il, ia bermakna isim fa’il bila berasal dari fi’il lazim dan bermakna isim maf’ul bila dari fi’il muta’adi.

Contoh lazim: أدخلت زيدا artinya saya telah menemukan bahwa zaid telah masuk. Muta’adi: أحمدت زيدا artinya saya telah menemukan bahwa pada diri zaid itu terdapat sifat terpuji.

7.      Ta’ridl[8]

Yaitu menawarkan sesuatu (fa’il menawarkan maf’ul untuk diberi hukum asal fi’il).

Contoh: أباع الثوبَ artinya dia menawarkan baju untuk dijual.

8.      Mubalaghoh

Berlebih-lebihannya makna yang ditunjukkan asal fi’il.

Contoh: أشغلتُ عمرًا artinya saya sangat mensibukkan amar.

9.      Al-dukhul fi syai’

Masuknya fa’il pada suatu waktu (asal fi’il).

Contoh: أمسى المسافرُ artinya seorang musafir telah masuk waktu sore.

10.  Qosdu al-makan.

Menujunya fa’il pada asal fi’il.

Contoh: أحجز زيدٌ artinya zaid menuju tanah hijaz.

Korelasi fi’il, fa’il dan maf’ul.

No

Makna

Fi’il

Fa’il

Maf’’ul

Bentuk korelasi

1

Ta’diyah

ü   

ü   

ü   

Fi’il-fa’il-maf’ul

2

Shoiruroh

ü   

ü   

-

Fi’il - fa’il

3

Katsroh

ü   

ü   

-

Fi’il - fa’il

4

Hainunah

ü   

ü   

-

Fi’il - fa’il

5

Izalah

ü   

ü   

ü   

Fi’il-fa’il-maf’ul

6

Wijdan

ü   

ü   

ü   

Fi’il-fa’il-maf’ul

7

Ta’ridl

ü   

ü   

ü   

Fi’il-fa’il-maf’ul

8

Mubalaghoh

ü   

ü   

ü   

Fi’il-fa’il-maf’ul

9

Dukhul fi syai’

ü   

ü   

-

Fi’il-fa’il

10

Qosd al-makan

ü   

ü   

-

Fi’il-fa’il

 

KESIMPULAN

Pola wazan أفعل ada dua macam: a. Fi’il-fa’il-maf’ul, b. Fi’il-fa’il. Dari sepuluk makna yang tersirat dari wazan tersebut 5 pola dengan unsur fi’liah lengkap dan 5 pola dengan unsur fi’liah sebagian.

Dari tulisan diatas tentu kurang memuaskan dan tentu masih banyak keasalahan penulis ungkap, maka dari itu tugas al-faqir harus selalu belajar dan belajar. Perlu dan diharapkan masukan-masukan untuk menyempurnakan tulisan al-faqir tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Khotib, Thohir. Al-mu’jam al-mufashol fi al-I’rab. Penerbit: al-Haramain.

Samir al-Badi, Muhammad. 1985. Mu’jam al-mustholahat al-nahwiyah al-shorfiah. Beirut: Muassis al-Risalah.

Abdurrohman Ibrahim, Abu. 2007. ‘Aunul Ma’bud fi Syarhi Nadhmil Maqsud. Qohirah: Darr Ummar bin Khotob.

Abu Bakar Muhammad Assegaf, ‘Alwi. 2013. Matn al-Maqshud fi ‘Ilmi Tashrif. Jakarta: Darr al-Kutub al-islamiyah.

Arroajih, Abduh. Al-Tathbiq Ash-Shorfi. 1973. Beirut.

Ibnu ‘Ali ibnu Mas’ud, Ahmad. __. Marah al-Arwah fi ‘almi al-shorfi. Al-Haramain.

Syanwani Midkhol AH, Ahmad. 2009. Al-Maqoshid Ash-Shorfiah. Jombang: Darul Hikmah. Cet. I.

El Haq, Muqoyyim. 2017. Metode Cepat Belajar Tashrif. Penerbit: Santri Salaf Press. Cet. I.



 [1]  لهمز افعال معان سبعة     تعدية صيرورة وكثرة

             حينونة إزالة وجدان        كذاك تعريض فذا البيان

[2]  التعدية هي اكساب الفعل قدرة على نصب المفعول. (متن المقصود فى علم التصريف، ص. 85). وتصيير الفاعل بالهمز مفعولا. (عون المعبود، ص. 62). الفعل المتعدى هو ما يتعدى أثره فاعله، ويتجاوزه إلى المفعول به. (جامع الدروسز ص. 27).

[3] الصيرورة أي صيرورة شيء ذا شيء.(عون المعبود، ص. 63). وهي الدلالة أن الفاعل قد صار صاحب شيء من لفظ الفعل. (متن المقصود فى علم التصريف، ص. 85).  

[4] الكثرة هي كثرة أصل الفعل عند الفاعل. (عون المعبود، ص. 63). وهي الزيادة فى معنى الفعل وتوكيده. (متن المقصود فى علم التصريف، ص. 59).

[5] الحينونة هي كون الشيء ذا وقت يقرب منه حصوله، أو أن يبلغ الفاعل وقت لفظ الفعل.

[6] أن يزيل الفاعل عن المفعول به اصل الفعل، أو إزالة الفعل عن المفعول. وهذه الإزالاة تسوى من الدلالة على السلب وهو أنك تزيل عن المفعول معنى الفعل.

[7]  الوجدان هو انك وجدت الشيء على صفة معينة، او أن يجد الفاعل المفعول على صفة من لفظ الفعل.

[8] أنك تعرض المفعول لمعنى الفعل

baca juga: Hakekat Pengetahuan, ditinjau dari Definisi Jenis Hakikat dan Sumber

0 Komentar